Thomas
Robiana Sembiring
(Sebuah
catatan dan Bahan Kuliah Agama Katolik)
Bagi
umat manusia yang beriman, Tuhan merupakan pusat atau inti dari seluruh
imannya.Tuhan adalah Sang Pencipta, Penyelenggara dan Tujuan hidup Manusia.
Kendati demikian dalam beberapa pandangan, ada yang melihat realitas tertinggi
ini menurut paham monoteistis dan yang lain memandang dari paham politeistis.
Sebelum kita mengenali
Tuhan dalam iman dan ajaran kekatolikan, baiklah kita memahami paham tersebut
diatas untuk melihat bagaimana cara pandang manusia terhadap eksistensi Tuhan.
Hal ini perlu diketahui agar kita dapat semakin menyadari berbagai perspektif
yang ada.
A. Beberapa Paham
1.
Monoteisme
Monoteisme
berasal dari kata Yunani Monos yang
berarti Tunggal, sendirian, satu-satunya, dan tak ada yang lain. Sementara Theos berarti Allah, Tuhan. Berdasarkan
paham ini, Allah itu tunggal. Tak ada Allah selain Allah. Allah atau Tuhan itu
mengatasi atau transeden atas segala sesuatu yang ada. Ia berbeda dari segala
yang ada namun terkait dengan semua yang ada. Oleh karena Dia segala sesuatu
menjadi ada, melangsungkan keberadaan mereka dan bergerak menuju tujuan
keberadaan mereka.
2.
Politeisme
Politeisme
berasal dari kata Polys dan Theos. Polys berarti jamak atau banyak. Theos berarti Allah atau Tuhan. Melalui pemahaman ini Politeisme
adalah paham yang mengimani dan memuja banyak Tuhan atau
Dewa. Menurut penelitian mutakhir, paham ini merupakan perkembangan dari paham Monoteistis asli yang dipengaruhi oleh perkembangan budaya. Budaya tersebut terutama adalah cara hidup yang berkembang pada masa itu dari bentuk nomadis menjadi penggembala atau pastoral.
Dewa. Menurut penelitian mutakhir, paham ini merupakan perkembangan dari paham Monoteistis asli yang dipengaruhi oleh perkembangan budaya. Budaya tersebut terutama adalah cara hidup yang berkembang pada masa itu dari bentuk nomadis menjadi penggembala atau pastoral.
B. Pengetahuan Tentang Tuhan
Dalam
perjalanan sejarah manusia, mereka dapat mencapai pengetahuan tentang Tuhan
berdasar pada pewahyuan dan juga berdasarkan pengalaman kehidupan.
1. Wahyu
Tuhan
Wahyu Tuhan dapat ditemukan dalam kitab
suci. Diantara para penganut yang mendapat pengetahuan akan Tuhan terdapat pula
beberapa pandangan. Beberapa paham yang berkembang antara lain paham fideistis
dan tradisionalistis. Kedua paham ini memiliki perbedaan akar pandangan akan
wahyu Tuhan.
Fideistis yang berasal dari bahasa Latin
Fides berarti iman, kepercayaan.
Fideisme berpendapat bahwa pada hakikatnya manusia tidak punya kemampuan untuk
mengetahui tentang apapun yang berkaitan dengan Tuhan melalui kekuatan sendiri.
Untuk mengenali-Nya hanya Dia sendiri yang harus turun mewahyukan diri pada
manusia. Maka satu-satunya sumber pengetahuan akan Tuhan adalah wahyu-Nya.
Untuk mengetahui Tuhan mereka harus percaya dan mengimani isi kitab suci.
INilah cirri kaum fideis yang menekankan penghormatan pada kitab suci.
Kelemahan paham ini terdapat dari cara pandang yang menyangkal kemampuan
manusia mengetahui Allah yang artinya sekalipun Allah mewahyukan diri,
keterbatasan manusiawi membuatnya sulit menangkap maksud Allah.
Sementara itu ada paham tradisional yang
berasal dari kata Tradere yang
berarti menyerahkan, menyanmpaikan, meneruskan, memberikan. Penganut paham ini
juga memiliki keyakinan bahwa Tuhan hanya dapat diketahui melalui
pewahyuan-Nya. Kendati demikian, penganut paham ini tidak melandaskan keyakinan
pada wahyu yang termuat dalam kitab suci. Mereka menaruh keyakinan pada wahyu
yang diberikan Tuhan pada manusia awal dan diteruskan secara turun temurun
melalui tradisi angkatan ke angkatan berikutnya. Kelemahan dari paham ini
adalah kemurnian wahyu yang sulit dipertahankan melalui tradisi lisan.
2. Pengalaman
Hidup
Selain melalui pewahyuan, manusia juga
dapat mengetahui dan mengimani Tuhan melalui pengalaman hidup. Lewat pengalaman
ini mereka melalui yang namanya pengalaman religious atau keagamaan. Sebuah
pengalaman yang membawa mereka pada kepercayaan akan Tuhan.
Pengalaman ini dapat muncul dalam
berbagai bentuk namun biasanya berkaitan dengan pengalaman akan kemampuan
mengatasi berbagai persoalan hidup yang biasanya sulit diselesaikan oleh batas
kemanusiaan. Pengalaman ini misalnya muncul saat manusia mampu mengatasi
ketakutannya atau kecemasan berlebih yang mengganggu. Hal ini membantu manusia
membangun kesadaran akan ketabahan yang dibaliknya terdapat sesuatu mendasar.
Melalui pengalaman ini manusia dapat dihantar pada kesadaran dan pikiran akan
Tuhan.
Pengalaman hidup yang ada pada akhirnya mengantar
manusia sampai pada kesimpulan akan realitas tertinggi yakni Tuhan. Oleh karena
pengalaman ini menghantarkannya pada pengetahuan akan Tuhan, manusia lewat
berbagai cara berusaha membuktikan eksistensi Tuhan.
- Sisi Lain Tuhan
dan Agama di Media
Bila
kita melihat dengan jeli, perkembangan media belakangan telah dikembangkan
banyak pihak tak hanya untuk membangun relasi sosial belaka. Media internet dan secara khusus jejaring
sosial banyak dipakai untuk media pewartaan agama ataupun menyampaikan dakwah.
Tentu sebuah perkembangan yang patut disyukuri sebagai perkembangan peradaban
manusia. Kendati demikian kita tetap perlu menyadari bahwa media sekali lagi
merupakan sarana di tangan manusia. Sebagai sarana ia tidak bebas kepentingan
dan itu artinya media yang menyajikan banyak artikel termasuk soal keagamaan
bisa saja menyimpan kepentingan terselubung. Terlebih bila kepentingan tersebut
ditujukan sebagai propaganda dan bahkan provokasi atas nilai-nilai keagamaan
yang ada.
Sebagai
salah satu upaya membangun perdamaian diantara kalangan umat beragama, kita
perlu menaruh sikap hormat pada perbedaan dan terlebih lagi berani bersikap
jujur terhadap perbedaan tersebut. Artinya bahwa perbedaan dimanapun
bertendensi memicu perpecahan bilamana ia tidak disikapi dengan kedewasaan
intelektual dan spiritual yang mumpuni. Jembatan dalam membangun sikap hormat
terhadap perbedaan adalah dengan mengenali iman dan agama kita dan
menghidupinya. Mengenal iman dan agama lain sebagai sebuah pengetahuan agar
kita dapat membangun sikap hormat atas perbedaan yang ada. Sikap hormat ini
perlu diimbangi dengan kecerdasan spiritual yang mengandaikan kita punya
keteguhan dalam iman namun juga berdasarkan iman itu kita menaruh sikap hormat
pada sesama kita sekalipun berbeda.
Pada
tulisan ini, sebagai sebuah catatan reflektif atas iman kekatolikan saya
mengajak anda sekalian untuk menghormati pandangan yang ada. Termasuk soal
bagaimana sikap kekatolikan memandang konsep ketuhanannya. Tentu saja tidak
semua kita memahami bahwa misteri iman adalah salah satu hal yang membuat perjalanan
kemanusiaan kita selalu menjadi lebih hidup. Sebab iman bukanlah sesuatu yang serta merta dapat dibangun
dengan logika. Disinilah perbedaan yang mendasar antara iman dan logika. Iman
menyimpan sisi misteri yang direfleksikan secara mendalam lewat pengalaman dan
perjumpaan harian kita. Bila kita memandang iman dengan penalaran maka tentu
iman tidak lagi menjadi sebuah keyakinan melainkan fakta logis.
- Konsep Tuhan dalam
Ajaran Katolik
Seperti
yang telah diungkapkan dalam pengantar awal, banyak ditemukan pertanyaan di
media internet soal ketuhanan dalam katolik. Iman Katolik dituding tidak masuk
akal dengan konsep Trinitas dan dengan simplikasi pandangan menyatakan bahwa
Tuhan dalam ajaran katolik ada tiga sehingga termasuk dalam golongan agama yang
menganut Politheism. Konsep Trinitas dituding sebagai ajaran yang menunjukkan
Allah diperanakkan dan memperanakkan. Tetapi tentu kita perlu menghargai
ketidakpahaman atas sikap ini sekalipun menyesalkan propaganda yang kadang
menyesatkan.
Menurut
Katekismus Gereja Katolik, Konsep Trinitas diuraikan sebagai berikut:
1. Tritunggal adalah Allah yang
satu. Pribadi ini tidak membagi-bagi ke-Allahan seolah masing-masing
menjadi sepertiga, namun mereka adalah ‘sepenuhnya dan seluruhnya’. Bapa adalah
yang sama seperti Putera, Putera yang sama seperti Bapa; dan Bapa dan Putera
adalah yang sama seperti Roh Kudus, yaitu satu Allah dengan kodrat yang sama.
Karena kesatuan ini, maka Bapa seluruhnya ada di dalam Putera, seluruhnya ada
dalam Roh Kudus; Putera seluruhnya ada di dalam Bapa, dan seluruhnya ada dalam
Roh Kudus; Roh Kudus ada seluruhnya di dalam Bapa, dan seluruhnya di dalam Putera.
2. Ketiga Pribadi ini berbeda secara
real satu sama lain, yaitu di dalam hal hubungan asalnya:
yaitu Allah Bapa yang ‘melahirkan’, Allah Putera yang dilahirkan, Roh Kudus
yang dihembuskan.
3. Ketiga Pribadi ini berhubungan
satu dengan yang lainnya. Perbedaan dalam hal asal
tersebut tidak membagi kesatuan ilahi, namun malah menunjukkan hubungan timbal
balik antar Pribadi Allah tersebut. Bapa dihubungkan dengan Putera, Putera
dengan Bapa, dan Roh Kudus dihubungkan dengan keduanya. Hakekat mereka adalah
satu, yaitu Allah.
Trinitas
merupakan akar dan dasar dari iman kekatolikan yang bertumbuh selama ribuan
tahun dan terpelihara hingga kini. Dalam sejarah gereja beberapa kali konsep
ini ditegaskan untuk menghindari penyimpangan dan penyesatan yang dapat terjadi
dalam perjalanan waktu. Banyak kali memang dalam persfektif awam kita sulit
menangkap maksudnya. Hal ini pertama-tama juga disebabkan oleh rendahnya minat
dalam mendalami dan memahami kehidupan iman kekatolikan.
Trinitas
menekankan Allah yang esa dalam 3 pribadi. Mengapa disebut demikian, sebab
Allah itu tunggal, utuh, dan sempurna. Tak dapat diandaikan sebagai bilangan
satu sebagaimana bilangan matematis, melainkan ditekankan pada Allah yang
sempurna. Kesempurnaan itu memiliki wujud yang tidak dapat begitu saja dinalar
sebab Allah tentu saja terlalu sederhana untuk dinalar. Disinilah peran misteri
keallahan yang mewujud dalam iman menjadi penting artinya.
Konsep
Trinitas itu merupakan ajaran yang menyatakan Allah kita Satu dan terdiri dari
3 pribadi. Pribadi yang dimaksud adalah Allah Bapa, Allah Putera, dan Allah Roh
Kudus. Perlu dipahami dengan baik bahwa ini bukan pernyataan bahwa Allah itu
tiga melainkan satu dalam 3 pribadi yang unik. Satu sama lain tidak dapat
dipisahkan sebab satu sama lain membangun kesempurnaan Allah yang Esa.
Sebagai
sebuah pemahaman, hakekat kita sebagai manusia adalah sama untuk semua umat
manusia. Namun demikian kita sebagai manusia memiliki kepribadian yang
membedakan kita dengan yang lain. Fakta bahwa kepribadian yang unik dan berbeda
diantara manusia tak dapat mengabaikan bahwa kita seluruhnya adalah satu
hakekat, manusia. Begitupula hakekat bahwa Allah itu satu dan dilihat dalam 3
pribadi untuk membantu kita melihat karya keselamatan Allah yang mewujud lewat
Penebusan Kristus Yesus dan pemeliharaan Roh Kudus sehingga karya itu dapat
terus berlanjut sampai akhir zaman. Hakekat Tuhan yang satu tidak mengabaikan
bahwa ada 3 pribadi yang saling terkait membentuk konsep keallahan kita.
Kesatuan
Allah dalam 3 pribadi ini dalam Kitab Suci diungkapkan oleh Yesus sendiri. Ia
mengungkapkan “Aku dan Bapa adalah satu” (Yoh 10:30); “Barangsiapa telah
melihat Aku, ia telah melihat Bapa…” (Yoh 14:9) Di dalam doa-Nya yang terakhir
untuk murid-murid-Nya sebelum sengsara-Nya, Dia berdoa kepada Bapa, agar semua
murid-Nya menjadi satu, sama seperti Bapa di dalam Dia dan Dia di dalam Bapa (lih. Yoh 17: 21). Pada
bagian ini pernyataan keallahan Yesus ditegaskan oleh-Nya sendiri. Hal ini
sejalan dengan sebutan Anak yang terkasih oleh Allah Bapa saat Yesus menjalani
pembabtisan di sungai Yordan.
Bersama
dengan Roh Kudus kesatuan itu juga dibangun dalam relasinya dengan Allah Bapa.
Kristus menjanjikan Roh Kebenaran pada para murid sebagai Roh Kudus dan juga
merupakan Roh Kristus itu sendiri. (Yoh 15:26). Kesatuan ini semakin ditegaskan
diakhir hidupnya sebagai manusia sebelum Ia diangkat ke Surga. Pesan yang
berbunyi “…Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa, Putera dan
Roh Kudus…”(Mat 28:18-20) menunjukkan bagaimana kita diajak menjadi
bagian dalam keutuhan Allah lewat 3 pribadi yang dimaksud.
- Tantangan Iman
Kita
tentu tidak dapat melihat iman dari segi nalar belaka kendati iman juga tak
dapat berdiri sendiri tanpa kemampuan kita menalar. Artinya bahwa iman yang
mengandung misteri dan perlu dihidupi selama kita masih menjalani hidup akan
terus berkembang seturut perkembangan hidup rohani kita. Maka dalam perjalanan
hidup ini kita perlu menjaga agar iman kita tidak goyah. Akan banyak tudingan
yang didasari pada nalar dan hendak mengabaikan misteri iman. Tudingan bahwa
ajaran iman telah diselewengkan dan sebagainya. Namun kita tetap harus memegang
keyakinan bahwa iman dan aspek misterinya tidak dapat begitu saja dijelaskan
dengan nalar. Dalam hal ini rahmat Allah satu-satunya yang sempurna itulah yang
akan membantu kita mengenalnya lebih dekat.
Sebab
kesempurnaan itu hanya milik Allah, maka sangatlah tidak beralasan bahwa dengan
nalar manusiawi kita hendak menjelaskan dengan sempurna hakikat Allah.
Disinilah perlu dipahami keterbatasan manusiawi kita dan melalui misteri iman,
pada akhirnya kita mengandalkan hidup pada rahmat Allah yang menuntun kita.
Merasionalkan iman pada akhirnya membuat iman itu bukan lagi sebuah keyakinan
akan Allah melainkan pengetahuan belaka.
- Daftar Referensi
Bakker
A, Ajaran Iman Katolik 2 untuk Mahasiswa,
Penerbit Kanisius,1988, Yogyakarta
Hardjana
AM, Penghayatan Agama, Penerbit
Kanisius, 2002, Yogyakarta
Ismartono
I, Kuliah Agama Katolik di PT,
Penerbit Obor, 1993, Jakarta
Dalam gambar TRINITAS perlu ada "mata [arah] panah" sehingga terbaca: BAPA ALLAH itu bukan PUTERA ALLAH bukan ROH KUDUS [ditunjunkkan dengan arah panah dari BAPA --> PUTERA --> ROH KUDUS] ; namun sekaligus PUTERA adalah ALLAH, BAPA adalah ALLAH dan ROH KUDUS adalah ALLLAH.[ditunjukkan dengan arah panah dr ALLAH (di central gambar) --> PUTERA, ALLAH --> BAPA, ALLAH --> ROH KUDUS. Salam dari LUMIRE WORLD di www.lumireworld.com & SUHUTNIHUTA WORLD di www.suhutnihuta-thegreat.com
BalasHapusberbelit2 kenapa konsep tuhan
Hapuscoba jelaskan secara rincian kpd saya
ALLOH itu ESA, yang kalian anggap putera hanyalah utusan NYA dan maryam tetap terjaga kesucianya
BalasHapusHarry Ion, Mungkin sudara perlu membaca Ayat di bawah ini:
Hapus" Kata Yesus kepadanya: "Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami." Yohanes 14 : 9.
Klo menurut saya,konsep trinitas tak bertentangan dgn iman islam karena itu bagian dari sifat Allah.Yg menjadi pertentangan ketika yesus kemudian disatukan sebgai individu dan sifat Allah,Disitulah kebimbangan saya berpikir
BalasHapusKalau hubungan agama dan filasafat mengenai keberadaan tuhan
BalasHapusapa penjelasan tentang pandangan tuhan menurut agama katolik?
BalasHapusAgama Katolik tidak mengandung konsep Trinitas karena Ajaran katolik hanya memiliki Satu Allah.
BalasHapusTritunggal Mahakudus Itu berarti Satu Allah Tiga diri bukan berarti kami memiliki 3 Allah tapi Kami Memiliki satu Allah yang memiliki 3 Pribadi yaitu Bapa, Putra, dan Roh Kudus😊
Terima kasih 🙏