Thomas Robiana Sembiring
Bahan
Kuliah Agama Katolik PSIK UGM
A.
Pengantar
Agama
sebagai gejala yang universal dalam kehidupan merupakan bagian dari hidup
banyak umat manusia dari berbagai latar belakang, iklim maupun kebudayaan.
Hampir secara keseluruhan umat manusia memiliki identitas agama kendati
akhir-akhir ini di belahan bumi Eropa misalnya, agama banyak ditinggalkan oleh
berbagai kalangan.
Agama
sebagai sebuah identitas pada intinya memuat sebuah kepercayaan, keyakinan dan
berpegang pada satu realitas tertinggi atau zat yang paling tinggi. Realitas
ini dipahami dengan berbagai sebutan dalam berbagai latar belakang budaya dan
lingkungan berbeda. Namun pada intinya sekali lagi ia berkaitan dengan sebuah
pengakuan akan yang Maha Tinggi yang kerap kita sebut dengan Allah, Tuhan, God, Deus, dll.
B.
Struktur
Agama
Secara
struktur dalam perspektif sistem, terdapat empat segi pokok dalam agama. Hal
ini menyangkut keseluruhan hidup manusia (eksistensial), segi yang menyangkut
pemahaman (intelektual), segi yang menyangkut kelembagaan (institusional) dan
segi yang menyangkut perilaku (etikal). Dalam hal ini
masing-masing membentuk kesatuan nilai yang bertujuan mendorong nilai dan ajaran menyatu dalam tindakan personal maupun komunal penganutnya.
masing-masing membentuk kesatuan nilai yang bertujuan mendorong nilai dan ajaran menyatu dalam tindakan personal maupun komunal penganutnya.
Segi
eksistensial menjelma dalam iman dan kepercayaan. Oleh iman, Tuhan diterima
sebagai satu-satunya realita tertinggi. Iman menyangkut dan membawa dampak pada
keseluruhan diri manusia. Dengan kata lain agama sebagai sebuah struktur
penopang kelangsungan iman berkaitan dengan ruang lingkup kemanusiaan.
Segi
intelektual menyentuh pengertian mengenai Tuhan. Dengan penerimaan atas iman
maka diyakini pula peranan Tuhan dalam kehidupan manusia. Melalui pemahaman
Tuhan dan hakikat serta sifat-sifatnya mulai dirumuskan dalam bentuk
pernyataan-pernyataan, ungkapan, dan kata yang mudah dipahami. Aspek ini
mengandalkan nalar untuk mendekatkan manusia pada pemahaman akan Tuhan.
Segi
institusional berkaitan dengan kelembagaan dan pengorganisiran agama. Melalui
pelembagaan keyakinan serta pemahaman tentang Tuhan dapat terpelihara dan
terjaga secara lebih baik. Ia dapat dikembangkan dengan lebih baik dari
angkatan ke angkatan berikut. Pengorganisiran ini membantu pelaksanaan hidup
keagamaan entah dalam kelompok alamiah seperti keluarga, suku, kampung, dsb
ataupun dalam kelompok yang sengaja dirancang seperti paguyuban, yayasan, dan
organisasi keagamaan lainnya.
Segi
etikal mengungkapkan iman kepercayaan pada Tuhan dalam perilaku. Sifat rohani
yang bersatu dalam jasmani manusia membuat iman tak hanya terpusat pada aspek
batiniah melainkan juga pada perilaku lahiriah. Hakikat iman dan perbuatan
menyatu menjadi satu aspek etika yang tampak. Hal ini biasanya dimunculkan
melalui aturan-aturan berperilaku atau bertindak lewat pedoman-pedoman
keagamaan yang dimunculkan. Dalam agama katolik misalnya aturan gereja dan
sebagainya.
Melalui
pemahaman ini kita dapat menyimpulkan bahwa agama yang merupakan perwujudan
hubungan manusia dengan Tuhan dapat dilihat dari aspek objektif dan subjektif.
Artinya secara objektif Agama berporos pada Tuhan sementara subjektif agama
menjelma melalui sikap, pemahaman serta penghayatan hubungan kita dengan Dia.
Beberapa segi yang disebutkan diatas membantu kita melihat ruang lingkup agama
secara normatif pada umumnya.
C.
Agama
Katolik dan Lingkungannya
Gereja
Katolik yang sekian abad berdiri dan berkembang dengan kontektualisasi zaman
menyandarkan diri pada nilai keagamaan serta ajaran iman yang dibawa.
Perkembangan gereja membutuhkan kemampuan untuk melihat kehendak Allah yang
muncul dalam dinamika kehidupan dan semua dilandaskan pada wahyu yang terekam
lewat kitab suci serta tradisi gereja yang terbangun sekian ribu tahun. Artinya
agama Katolik sebagaimana dipahami melalui struktur dan segi eksistensial
berkaitan pula dengan seluruh aspek kehidupan manusia.
Sebagai
agama yang dinamis atau agama yang mampu melakukan rekontektualisasi zaman
dengan nilai dan ajaran Kristus, kekatolikan memposisikan diri sebagai agama
yang mengubah masyarakat. Hal yang diusahakan dalam konteks ini adalah mengubah
hati manusia, pandangan hidup dan prinsip-prinsip yang mendasari perilaku
mereka. Melalui berbagai forum baik itu di tingkatan lokal, regional, nasional
bahkan internasional Gereja Katolik senantiasa melakukan refleksi dan mengamati
secara seksama perkembangan dunia.
Agama
Katolik yang melandaskan diri pada panggilan Kristus untuk mewartakan
keselamatan dunia melalui ajaran-ajarannya diterjemahkan menurut konteks
zamannya. Untuk itulah maka dewasa ini sebagai sebuah kelembagaan yang menjaga
agama dan iman kekatolikan, Gereja membentuk berbagai dewan pastoral yang
bertugas untuk menerjemahkan injil kedalam berbagai karya kerasulan di pelbagai
bidang kehidupan manusia. Bidang budaya, kesehatan, pendidikan, sosial ekonomi
hingga politik. Pada dasarnya semua ditujukan agar menjaga aspek kehidupan ini
dari demoralisasi dan dehumanisasi yang tak selaras dengan ajaran iman katolik.
Kesadaran
akan perkembangan lingkungan hidup manusia ini pula yang mendasari gereja
katolik sebagai lembaga yang memelihara iman kita senantiasa proaktif melihat
dirinya. Masa seabad yang lalu gereja mengeluarkan ensiklik yang merupakan
bagian dari Ajaran Sosial Gereja (ASG) sebagai sebuah bentuk releksi kritis
atas kondisi masyarakat dan ini dijadikan sebagai pedoman dalam hidup
kemanusiaan kita. Berbagai dokumen yang berkaitan tentang kesehatan,
pendidikan, keluarga, budaya, perburuhan dan lain-lain semakin ditajamkan untuk
menjadi pedoman hidup umat katolik bahkan umat manusia pada umumnya. Ini adalah
sebuah buah pemikiran transformatif gereja pada zamannya.
Dalam
konteks nasional misalnya, gereja tahun ini menekankan ekopastoral atau
kerasulan dan pewartaan injil dalam karya yang berbasis pada pemeliharaan
lingkungan dan ciptaan. Ini adalah sebuah refleksi kritis gereja Katolik
Indonesia dalam melihat reallitas masyarakat Indonesia dan persoalannya.
Melalui pesan ekopastoral, umat diajak untuk melihat kehendak Allah yang
menciptakan dunia dengan segala kebaikannya agar tetap memegang teguh kebaikan
itu dalam seluruh aspek hidupnya. Artinya seluruh ciptaan yang baik haruslah
dikelola dengan baik dan demi kebaikan seluruh umat manusia.
D.
Panggilan
Iman dan Sikap Takwa
Agama
Katolik sebagaimana ia hidup melalui pelembagaan Gereja Katolik melakukan
karya-karya pastoralnya dalam menjaga kawanan umat yang besar jumlahnya. Umat
katolik pun tersebar dalam berbagai ruang kebudayaan, Negara dan profesi yang
beragam. Kesatuan gereja yang terorganisir rapi di seluruh dunia ini menekankan
pula kesatuan gerak iman kita ditengah dinamika zaman. Kesatuan gerak ini
berpijak pada satu dasar yang sama yakni ajaran Kristus dalam setiap pilihan
karya masing-masing kita maupun lembaga kita.
Keyakinan
kita akan iman terhadap Kristus dan juga gereja Katolik sebagaimana kita
ungkapkan dalam Syahadat iman kita tentunya membutuhkan keselarasan dalam
perilaku. Ini adalah bentuk ketakwaan kita dalam menerjemahkan iman dalam
perbuatan. Semua sekali lagi tidak mengabaikan keunikan dan pilihan karya kita.
Sebagai sebuah contoh, karya kesehatan bagi anda para perawat pada akhirnya
memanggil anda untuk membawa nilai kekatolikan dalam perilaku kerja anda. Ini
adalah sebuah tindakan implementatif atas nilai kekatolikan dalam pilihan moral
maupun pengambilan keputusan anda dalam pekerjaan kelak.
Kemampuan
kita memahami dan mengimplementasikan ajaran iman bergantung pada seberapa jauh
kita mengetahui dan berniat mengembangkan iman kita. Pengetahuan ini berkaitan
dengan kemampuan kita berkembang lebih mencari tahu ajaran-ajaran iman atau
ajaran gereja yang berkaitan dengan karya kita kelak. Maka dalam kehidupan masyarakat
modern saat ini, perlu bagi kita mengembangkan sisi intelektualitas kita
selaras dengan perkembangan religiusitas. Seluruh tindakan kita sebagai bentuk
ketakwaan akan Allah pertama-tama lahir dari pengetahuan kita akan kehendak
Allah. Kehendak Allah melalui pewahyuan di Kitab Suci menjadi salah satu
pedoman selain tradisi-tradisi gereja yang ada. Maka mengembangkan sikap
kekatolikan yang dilandasi pada ajaran cinta kasih Kristus lewat perilaku hidup
di masyarakat ataupun dalam ruang profesi anda menuntun kita pada sikap magis
atau lebih. Sikap berani berkembang lebih memahami iman dan bertindak seturut
ajaran kekatolikan.
E.
Referensi
Andang
Al, Agama yang Berpijak, Penerbit
Kanisius, 2005, Yogyakarta
Hardjana
AM, Penghayatan Agama, Penerbit
Kanisius, 2002, Yogyakarta
Ismartono
I, Kuliah Agama Katolik di PT,
Penerbit Obor, 1993, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar